Laporan Keuangan
1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002) menyatakan, “Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
skedul
dan
informasi tambahan
yang
berkaitan
dengan
laporan
tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga” (h. 2).
Terkait dengan pengertian
laporan keuangan ini, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2004) berpendapat,
“Financial statements are the principal
means through which financial information is communicated
to those outside an enterprise.
These statements provide
the company’s history quantified in money terms.
The financial statements most frequently provided are (1) the balance sheet, (2) the income statement, (3)
the statement of cash flows, and (4) the
statement of owners’ or stockholders’ equity. In addition, note disclosures are an
integral part of
each financial statement” (p. 2).
7
1.2. Pengguna
Informasi Akuntansi
Horngren, Harrison,
dan Bamber (2002) menyatakan,
“Decision makers need information.
The more important the decision, the greater the need for
information. Virtually all businesses and most individuals keep accounting records to aid in making
decisions” (p. 5).
IAI (2002) secara jelas menyebutkan
beberapa pihak yang memanfaatkan informasi keuangan, “Pemakai laporan keuangan meliputi
investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat” (h.
2).
1.3. Tujuan dan Manfaat Laporan
Keuangan
Kieso et al. (2004) menyatakan, “The objectives of financial reporting
are to provide (1) information that is useful in investment and credit decisions, (2) information that is useful in assesing cash flow prospects, and (3) information
about enterprise resources, claims to those resources, and changes in them” (p.
18).
Sedangkan
IAI
(2002)
memberi
penjelasan sebagai berikut, “Tujuan
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka” (h. 1.2).
1.4. Jenis Laporan Keuangan
Berikut ini akan diuraikan teori-teori
mengenai pengertian, manfaat, dan keterbatasan (jika ada) dari tiap-tiap jenis laporan keuangan.
1.4.1. Laporan Laba Rugi
Kieso et al.
(2004) berpendapat, “The income statement, often called the
statement of income or statement of earnings, is the report that measures
the success of enterprise operations for a given period
of time” (p.
124).
Mengenai kegunaan dari laporan laba rugi,
Kieso
et
al.
(2004) menyatakan, “The income statement provides investors
and creditors with information that helps them predict the amounts, timing, and uncertainty of future cash flows. Also,
the income statement helps
users determine the risk (level
of uncertainty) of not achieving particular cash flow” (p. 148).
Terkait hal yang sama,
IAI
(2002)
menyatakan, “Informasi kinerja keuangan perusahaan, terutama
profitabilitas,
diperlukan
untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
di masa
depan … Informasi kinerja bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna
dalam perumusan pertimbangan
tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya” (p. 5).
Sedangkan mengenai
keterbatasan laporan laba rugi, Kieso et al.
(2004) menyatakan, “The limitations of an income statement are: (1) The statement does
not include many items that contribute to general growth
and well-being of an
enterprise. (2)
Income numbers are often affected by the accounting methods used. (3) Income measures are subject to estimates” (p. 148).
1.4.2. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan
perubahan
posisi
keuangan
dapat
disajikan
dalam
berbagai
bentuk, diantaranya dalam bentuk laporan perubahan ekuitas. Mengenai definisi dari laporan ini, Horngren et al. (2002)
menyatakan, “The statement
of owner’s
equity presents a summary of the changes that occurred in the entity’s owner’s equity during a specific
time period such as a month or a year” (p.
17).
Sedangkan IAI (2002) berpendapat,
“Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih atau kekayaan
selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan
harus diungkapkan dalam
laporan keuangan. Laporan
perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham
seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan” (h. 1.17).
1.4.3. Neraca
Horngren et al.
(2002)
mendefinisikan neraca
sebagai berikut,
“The
balance sheet
lists all the entity’s assets,
liabilities, and owner’s equity as of a
specific date, usually the end of a month or a year” (p.
17).
Mengenai
hal yang sama, Kieso et al. (2004)
menyatakan, “The balance
sheet, sometimes referred to as the statement of financial position, reports the assets,
liabilities,
and
stockholders’
equity of a business enterprise at a specific
date” (p. 170). Sedangkan IAI (2002) tidak memberikan
definisi atas neraca, tapi menyatakan, “Informasi posisi keuangan
terutama disediakan dalam neraca” (h.
5).
Mengenai manfaat neraca ini, IAI (2002) menyatakan, “Informasi sumber
daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan perusahaan untuk memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan. Informasi struktur keuangan
berguna untuk memprediksi
kebutuhan pinjaman di
masa
depan dan bagaimana penghasilan bersih
(laba) dan arus kas di masa depan
akan didistribusikan
kepada mereka yang memiliki hak di dalam perusahaan; informasi tersebut
juga berguna untuk memprediksi seberapa jauh perusahaan akan berhasil
meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya. Informasi likuiditas dan solvabilitas berguna
untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo” (h. 5).
Keterbatasan neraca dijelaskan oleh Kieso et al. (2004)
sebagai berikut, “The limitations of a balance
sheet are: (1) the balance sheet
does not reflect current value because accountants have adopted a historical
cost basis in valuing and reporting assets and liabilities. (2) Judgements and estimates must be used in preparing a balance
sheet … (3) The balance sheet omits many items that are of financial value to the business but cannot be recorded objectively, such as human resources, customer base, and reputation” (p.
198).
1.4.4. Laporan Arus Kas
Horngen et al. (2002)
sehubungan dengan definisi
dari laporan arus kas
menyatakan, “ The statement of
cash flows reports the amount of cash coming
in (cash receipts) and the amount of cash going out (cash payments or disbursements) during a period”
(pp. 17-18).
Manfaat dari laporan arus kas diungkapkan oleh Kieso et al.
(2004) sebagai berikut, “The primary pupose
of the statement of cash flows is to
provide information about cash receipts and cash payments of an entity during a period.
A secondary is to report the
entity’s operating, investing, and financing activities during a period” (p.
1242).
Mengenai kegunaan informasi yang termuat dalam laporan ini, IAI (2002)
menyatakan, “Jika digunakan dalam
kaitannya dengan laporan
keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva
bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang…
menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan
nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari
berbagai perusahaan… meningkatkan daya banding pelaporan kinerja
operasi
berbagai
perusahaan
karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama.
Informasi arus kas historis
sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas juga
berguna untuk meneliti kecermatan
dari taksiran arus kas masa depan yang
telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan
antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga” (h. 2.1-2.2).
1.4.5. Catatan atas Laporan Keuangan
Kieso et al. (2004) mengenai catatan
atas laporan keuangan
menyatakan, “Notes are the means of amplifying
or e×plaining the items presented in the main body of the statements”
(pp. 1274-1475). Menurut Kieso et al. (2004),
catatan atas laporan keuangan ini merupakan
salah satu dari beberapa teknik spengungkapan informasi dalam laporan keuangan.
Lebih lanjut, Kieso et al.
(2004) mengidentifikasikan teknik-teknik tersebut, “These methods of disclosing pertinent information are available: parenthetical e×planations,
notes, cross reference and contra items, and supporting schedules” (p. 187).
Mengenai manfaat catatan atas laporan keuangan
ini, Kieso et al.
(2004)
menyatakan, “ If the information in the main body of the financial statements
gives an incomplete picture of the performance
and positions of the enterprise, additional information that is needed to complete picture should be included
in the notes … The notes are not only helpful but also essential
to understanding the enterprise’s performance and position” (p. 42).
Hal yang serupa terkait dengan manfaat
catatan atas laporan keuangan
diungkapkan oleh IAI (2002) dengan
menyatakan, “Dalam rangka membantu
pengguna laporan
memahami laporan
keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas laporan keuangan
…” (h.
1.18).
2. Metode dan Teknik Analisis
Laporan Keuangan
Mengenai
metode dan teknik analisis
laporan keuangan ini, Kieso et al. (2004)
menyatakan, “Basic financial statement analysis
involves e×amining relationships between
items on the statements (ratio and percentage analysis) and
identifying trends in these relationships (comparative analysis)” (p. 1311).
Sedangkan Munawir (2002) mengklasifikasikan metode analisis
menjadi analisis horisontal dan analisis vertikal. Munawir (2002) juga menyebutkan
beberapa teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan, yaitu meliputi analisis perbandingan
laporan keuangan, analisis trend, analisis persentase per komponen (common
size statement), analisis sumber dan
penggunaan modal kerja, analisis
sumber dan penggunaan kas, analisis rasio,
analisis perubahan laba kotor dan analisis break-even.
Terkait dengan analisis
horisontal, Munawir (2002) mendefinisikannya
sebagai berikut, “Analisa
horisontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.
Metode horisontal
ini disebut pula sebagai analisa dinamis” (h. 36). Kieso et al.
(2004) mengenai analisis ini menyatakan, “This approach, normally called horizontal analysis, indicates the
proportionate change over a
period of time.
It is especially useful in evaluating a
trend situation, because absolute changes are often deceiving” (p.
1310).
Sedangkan
mengenai analisis vertikal, Munawir (2002) menyatakan, “Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi
satu periode atau satu saat saja, … Analisa vertikal
ini disebut juga metode analisa statis” (h. 36). Terkait hal yang sama, Kieso et al. (2004)
menyatakan, “Another approach, called vertical analysis,
is the proportional e×pression of each item on a financial statement in a given period to a base figure” (p.
1310).
Terhadap beragamnya
teknik
analisis
laporan
keuangan,
Kieso
et
al.
(2004) menyatakan, “No one device is more useful than another. Every situation faced by the investment analyst is different, and the answers needed
are often obtained only upon
close e×amination of the interrelationships among all the data provided” (p. 1306). Hal yang senada
pun diungkapkan oleh Helfert seperti yang diterjemahkan Wibowo, H.
(1997), “Tidak ada rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat memberi jawaban mutlak. Setiap
pandangan yang diperoleh bersifat relatif,
karena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi
dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dan dari satu industri ke industri lain”
(h. 68).
Bagi perusahaan
yang berbentuk hukum BUMN diwajibkan untuk menilai kinerjanya berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan BUMN. Seperti yang diatur dalam pasal 11 Keputusan
Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002,
tanggal 4 Juni 2002, yang menyatakan, “Keputusan ini mulai berlaku untuk
penilaian Tingkat Kesehatan BUMN tahun buku 2002” (h.
5).
Contoh :
Kasus Laporan Keuangan UKM (Penjurnalan)
Kasus :
- Ibu Heni punya Uang 10 Juta dan berencana membuat warung yang di beri nama "Warung murah" pada tanggal 1 Oktober 2012
- Tanggal 2/10/13 Ibu heni melakukan pembangunan toko senilai 3 juta rupiah. Pembelian Satu juta dibayar cash dan 2 juta di peroleh melalui pinjaman pada toko bahan bangunan.
- Tanggal 8/10/13 Toko selesai dan Ibu Heni kembali membeli lemari Etalase sebanyak 2 unit dengan harga masing-masing Rp. 750.000.
- Tanggal 9/10/13 Ibu heni melakukan pembelian barang sejumlah Rp. 5.000.000 dengan pembelian tunai sebesar Rp. 4.000.000 dan pinjaman dari toko Rp. 1.000.000
- 10/10/13 Ibu Heni Membeli Meja Senilai 300.000 dan ATK senilai 100.000
- 11/10/13 Ibu Heni mencoba membuka Rekening Bank dengan setoran Awal 500.000
- 17/10/13 Penjualan Tunai sebesar 450.000
- 21/10/13 Penjualan 1.000.000 dengan keterangan Tunai, 750.000 dan sisanya di pinjamkan.
- 29/10/13 Membeli Barang Senilai 3.000.000 tunai
- 31/10/13 Membayar Utang 500.000 dan menerima Pembayaran Piutang 100.000
Dari Contoh kasus di atas kita akan
mencoba buatkan sebual laporan yaitu
- Jurnal
- Buku Besar
- Laporan Keuangan
Untuk Jurnalnya bisa di lihat pada
Jurnal Umum dibawah ini
Dalam kolom di atas di lihat beberapa
kolom yang mungkin kurang di pahami yaitu
- No. Bukti merupakan Nomor Nota yang di terima atau di keluarkan
- Ref singkatan dari Referensi berguna untuk melacak kode transaksi yang merupakan pengganti No. Bukti pada transaksi selanjutnya.
- JU adalah singkatan dari Jurnal Umum sedangkan kode -1 disitu adalah merupakan kode transaksi. Penggunaannya akan anda lihat pada Kegiatan pencatatan berikutnya.
Demikian
Proses untuk pencatatan penjurnalan dan pada kesempatan berikutnya kita akan
membahas dalam Posting berikutnya yaitu Imput data buku besar atau Pencatatan
Buku Besar
Setelah
melakukan sebuah perjurnalan kini di ikuti dengan input data ke buku besar
dengan tujuan melakukan pengelompokan transaksi keuangan yang sedang terjadi
dalam usaha "Warung Murah" milik Ibu Heny.
Dari kasus diatas telah ada sebuah laporan jurnal dan kini kita coba membentuk buku besar untuk transaksi yang telah di jurnal tersebut, dan berikut Buku Besarnya :
Mengawali Pembetukan Buku Besar sebelum di buat, mari kita lihat dulu jurnal umum, perkiraan apa saja yang perlu untuk di bentuk :
Dari Jurnal Umum Dapat dilihat beberapa perkiraan sebagai berikut :
Dari kasus diatas telah ada sebuah laporan jurnal dan kini kita coba membentuk buku besar untuk transaksi yang telah di jurnal tersebut, dan berikut Buku Besarnya :
Mengawali Pembetukan Buku Besar sebelum di buat, mari kita lihat dulu jurnal umum, perkiraan apa saja yang perlu untuk di bentuk :
Dari Jurnal Umum Dapat dilihat beberapa perkiraan sebagai berikut :
- Kas
- Modal
- Utang Usaha
- Inventaris Usaha
- Persediaan Barang
- Inventaris Kantor
- Perlengkapan
- Kas Bank
- Penjualan
- Piutang Usaha
Setelah semua perkiraan tersebut di
bentuk maka saatnya untuk membentuk atau membuat tabel buku besar yang isinya
antara lain :
- Nomor
- Keterangan
- Referensi
- Saldo Debet
- Saldo Kredit.
Setelah
selesai membuat maka terbentuklah Input data sebagai berikut :
Hal tersebut memperlihatkan adanya
beberapa laporan yang anda sudah bisa baca yaitu :
- Saldo Tiap perkiraan dan posisinya (Debet atau kredit)
- No. Perk adalah singkatan dari Nomor Perkiraan yang biasanya sebagai tanda nomor perkiraan.
- Ref adalah singkatan dari kata referensi yang menunjukkan transaksi tersebut di ambil dari mana ? Misalnya JU adalah kode untuk Jurnal Umum (JU) sedangkan 1 dan seterusnya adalah penomoran jurnal umum tersebut (Lihat artikel sebelumnya). Misalnya dalam buku besar di atas kita akan melihat pada Perkuraan "PIUTANG USAHA" referensinya menunjuk pada Ref JU-8 dan JU-10 maka berarti itu berasal dari Jurnal Umum kode JU-8 dan JU-10. Silahkan buka artikel sebelumnya.
- Keterangan bisa di isi dengan ketrangan yang sesuai transaksi atau juga biasa orang isi dengan sumber transaksi misalnya "Jurnal Umum hal 1 atau Jurnam pembelian Hal 3: dst.
- Terlihat pula ada 2 Inventaris yaitu inventaris kantor dan inventaris usaha, kedua perkiraan tersebut bisa di jadikan satu sebagai inventaris saja tetapi saya lebih senang membaginya menjadi dua karena tidak tertutup kemungkinan akan perkembangan usaha yang besar yang akan menjadi terpisahnya kantor dan toko
- Perlengkapan di pisahkan dari inventaris dan cara membedakan inventaris dengan perlengkapan adalah, jika Perlengkapan merupakan sebuah barang yang di gunakan dan "Habis Pakai" dan Invetaris merupakan barang yang tidak habis pakai. Contoh perlengkapan seperti Pulpen, tali rapiah, kertas dan sebagainya, inventaris seperti Lemari, meja, komputer dll.