Minggu, 06 April 2014

TUGAS SOFTSKILL KE 1 ( BUNGA SARAH PERMATA SARI , 31111558, 3DB13)

Laporan Keuangan
1.1.               Pengertian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002) menyatakan, “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.  Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.  Disamping itu juga termasuk  skedul  dan  informasi  tambahan  yang  berkaitan  dengan  laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” (h. 2).
Terkait dengan pengertian laporan keuangan ini, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2004) berpendapat, “Financial statements are the principal means through which financial information is communicated to those outside an enterprise.  These statements provide the company’s history quantified in money terms.  The financial  statements  most frequently provided are (1) the balance sheet, (2) the income statement, (3) the statement of cash flows, and (4) the statement of owners’ or stockholders’ equity. In addition, note disclosures are an
integral part of each financial statement” (p.  2).
7


1.2.               Pengguna  Informasi Akuntansi
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menyatakan, “Decision makers need information.  The more important the decision, the greater the need for information.   Virtually all businesses and most individuals keep accounting records to aid in making decisions” (p.  5).
IAI (2002) secara jelas menyebutkan beberapa pihak yang memanfaatkan informasi keuangan, “Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat” (h.
2).
1.3.               Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Kieso et al. (2004) menyatakan, The objectives of financial reporting are to provide (1) information that is useful in investment and credit decisions, (2) information that is useful in assesing cash flow prospects, and (3) information about enterprise resources, claims to those resources, and changes in them (p.
18).
Sedangkan  IAI  (2002)  memberi  penjelasan  sebagai  berikut,  “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka” (h.  1.2).


1.4.               Jenis Laporan Keuangan
Berikut ini akan diuraikan teori-teori mengenai pengertian, manfaat, dan keterbatasan (jika ada) dari tiap-tiap jenis laporan keuangan.
1.4.1.            Laporan Laba Rugi
Kieso et al.  (2004) berpendapat, The income statement, often called the statement of income or statement of earnings, is the report that measures the success of enterprise operations for a given period of time” (p.  124).
Mengenai  kegunaan  dari   laporan  laba   rugi,   Kieso   et   al.      (2004) menyatakan, “The income statement provides investors and creditors with information that helps them predict the amounts, timing, and uncertainty of future cash flows.   Also, the income statement helps users determine the risk (level of uncertainty) of not achieving particular cash flow” (p.  148).
Terkait  hal  yang  sama,  IAI  (2002)  menyatakan,  “Informasi  kinerja keuangan  perusahaan,  terutama  profitabilitas,  diperlukan  untuk  menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan  Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.   Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya” (p.  5).
Sedangkan mengenai keterbatasan laporan laba rugi, Kieso et al.   (2004) menyatakan, “The limitations of an income statement are: (1) The statement does not include many items that contribute to general growth and well-being of an


enterprise.   (2) Income numbers are often affected by the accounting methods used.  (3) Income measures are subject to estimates” (p.  148).
1.4.2.            Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan  perubahan  posisi  keuangan  dapat  disajikan  dalam  berbagai bentuk, diantaranya dalam bentuk laporan perubahan ekuitas.  Mengenai definisi dari laporan ini, Horngren et al.  (2002) menyatakan, “The statement of owner’s equity presents a summary of the changes that occurred in the entity’s owner’s equity during a specific time period such as a month or a year” (p.  17).
Sedangkan IAI (2002) berpendapat, “Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan” (h.  1.17).
1.4.3.            Neraca
Horngren  et  al.    (2002)  mendefinisikan  neraca  sebagai  berikut,  “The balance  sheet lists all the entitys assets, liabilities, and owner’s equity as of a specific date, usually the end of a month or a year” (p.  17).  Mengenai hal yang sama, Kieso et al. (2004) menyatakan, “The balance  sheet, sometimes referred to  as  the  statement  of  financial  position,  reports  the  assets,  liabilities,  and


stockholders’ equity of a business enterprise at a specific date” (p.   170). Sedangkan IAI (2002) tidak memberikan definisi atas neraca, tapi menyatakan, “Informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca” (h.  5).
Mengenai manfaat neraca ini, IAI (2002) menyatakan, “Informasi sumber daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan perusahaan untuk memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan. Informasi struktur keuangan berguna untuk memprediksi kebutuhan pinjaman di masa depan dan bagaimana penghasilan bersih (laba) dan arus kas di masa depan akan didistribusikan kepada mereka yang memiliki hak di dalam perusahaan; informasi tersebut juga berguna untuk memprediksi seberapa jauh perusahaan akan berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya.   Informasi likuiditas dan solvabilitas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo” (h. 5).
Keterbatasan neraca dijelaskan oleh Kieso et al.   (2004) sebagai berikut, “The limitations of a balance sheet are: (1) the balance sheet does not reflect current value because accountants have adopted a historical cost basis in valuing and reporting assets and liabilities.  (2) Judgements and estimates must be used in preparing a balance sheet (3) The balance sheet omits many items that are of financial value to the business but cannot be recorded objectively, such as human resources, customer base, and reputation” (p.  198).


1.4.4.            Laporan Arus Kas


Horngen et al.   (2002) sehubungan dengan definisi dari laporan arus kas menyatakan, The statement of cash flows reports the amount of cash coming in (cash receipts) and the amount of cash going out (cash payments or disbursements) during a period” (pp. 17-18).
Manfaat  dari  laporan  arus  kas  diungkapkan oleh  Kieso  et  al.    (2004) sebagai berikut, “The primary pupose of the statement of cash flows is to provide information about cash receipts and cash payments of an entity during a period. A secondary is to report the entity’s operating, investing, and financing activities during a period” (p.  1242).


Mengenai kegunaan informasi yang termuat dalam laporan ini, IAI (2002) menyatakan, “Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang… menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan… meningkatkan  daya  banding  pelaporan  kinerja  operasi  berbagai  perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.


Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.  Di samping itu, informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga” (h.  2.1-2.2).
1.4.5.            Catatan atas Laporan Keuangan
Kieso et al. (2004) mengenai catatan atas laporan keuangan menyatakan, “Notes are the means of amplifying  or e×plaining  the items presented in the main body of the statements” (pp.  1274-1475).  Menurut Kieso et al. (2004), catatan atas laporan keuangan ini merupakan salah satu dari beberapa teknik spengungkapan informasi dalam laporan keuangan.  Lebih lanjut, Kieso et al. (2004) mengidentifikasikan teknik-teknik tersebut, “These methods of disclosing pertinent information are available: parenthetical planations, notes, cross reference and contra items, and supporting schedules” (p.  187).
Mengenai manfaat catatan atas laporan keuangan ini, Kieso et al.  (2004) menyatakan, If the information in the main body of the financial statements gives an incomplete picture of the performance and positions of the enterprise, additional information that is needed to complete picture should be included in the notes  The notes are not only helpful but also essential to understanding the enterprise’s performance and position” (p. 42).
Hal yang serupa terkait dengan manfaat catatan atas laporan keuangan diungkapkan oleh IAI (2002) dengan menyatakan, “Dalam rangka membantu


pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas laporan keuangan …” (h.
1.18).
2.                  Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Mengenai metode dan teknik analisis laporan keuangan ini, Kieso et al. (2004) menyatakan, “Basic financial statement analysis involves e×amining relationships between items on the statements (ratio and percentage analysis) and identifying trends in these relationships (comparative analysis)” (p.  1311).
Sedangkan Munawir (2002) mengklasifikasikan metode analisis menjadi analisis horisontal dan analisis vertikal.  Munawir (2002) juga menyebutkan beberapa teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan, yaitu meliputi analisis perbandingan laporan keuangan, analisis trend, analisis persentase per komponen (common size statement), analisis sumber dan penggunaan modal kerja, analisis sumber dan penggunaan kas, analisis rasio, analisis perubahan laba kotor dan analisis break-even.
Terkait dengan analisis horisontal, Munawir (2002) mendefinisikannya sebagai berikut, “Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.  Metode horisontal ini disebut pula sebagai analisa dinamis” (h.  36).  Kieso et al.  (2004) mengenai analisis ini menyatakan, “This approach, normally called horizontal analysis, indicates the proportionate change over a period of time.  It is especially useful in evaluating a


trend situation, because absolute changes are often deceiving” (p.  1310).
Sedangkan mengenai analisis vertikal, Munawir (2002) menyatakan, “Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, …   Analisa vertikal ini disebut juga metode analisa statis” (h.  36).  Terkait hal yang sama, Kieso et al.  (2004) menyatakan, “Another approach, called vertical  analysis,  is the proportional e×pression of each item on a financial statement in a given period to a base figure” (p.  1310).
Terhadap  beragamnya  teknik  analisis  laporan  keuangan,  Kieso  et  al. (2004) menyatakan, “No one device is more useful than another. Every situation faced by the investment analyst is different, and the answers needed are often obtained only upon close e×amination of the interrelationships among all the data provided” (p.   1306).   Hal yang senada pun diungkapkan oleh Helfert seperti yang diterjemahkan Wibowo, H.  (1997), “Tidak ada rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat memberi jawaban mutlak.   Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dan dari satu industri ke industri lain” (h.  68).
Bagi perusahaan yang berbentuk hukum BUMN diwajibkan untuk menilai kinerjanya berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN.  Seperti yang diatur dalam pasal 11 Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, yang menyatakan, “Keputusan ini mulai berlaku untuk penilaian Tingkat Kesehatan BUMN tahun buku 2002” (h.  5).
  
Contoh :
Kasus Laporan Keuangan UKM (Penjurnalan)
Kasus :
  1. Ibu Heni punya Uang 10 Juta dan berencana membuat warung yang di beri nama "Warung murah" pada tanggal 1 Oktober 2012
  2. Tanggal 2/10/13 Ibu heni melakukan pembangunan toko senilai 3 juta rupiah. Pembelian Satu juta dibayar cash dan 2 juta di peroleh melalui pinjaman pada toko bahan bangunan.
  3. Tanggal 8/10/13 Toko selesai dan Ibu Heni kembali membeli lemari Etalase sebanyak 2 unit dengan harga masing-masing Rp. 750.000.
  4. Tanggal 9/10/13 Ibu heni melakukan pembelian barang sejumlah Rp. 5.000.000 dengan pembelian tunai sebesar Rp. 4.000.000 dan pinjaman dari toko Rp. 1.000.000
  5. 10/10/13 Ibu Heni Membeli Meja Senilai 300.000 dan ATK senilai 100.000
  6. 11/10/13 Ibu Heni mencoba membuka Rekening Bank dengan setoran Awal 500.000
  7. 17/10/13 Penjualan Tunai sebesar 450.000
  8. 21/10/13 Penjualan 1.000.000 dengan keterangan Tunai, 750.000 dan sisanya di pinjamkan.
  9. 29/10/13 Membeli Barang Senilai 3.000.000 tunai
  10. 31/10/13 Membayar Utang 500.000 dan menerima Pembayaran Piutang 100.000
  
Dari Contoh kasus di atas kita akan mencoba buatkan sebual laporan yaitu
  1. Jurnal
  2. Buku Besar
  3. Laporan Keuangan
Untuk Jurnalnya bisa di lihat pada Jurnal Umum dibawah ini
 Dalam kolom di atas di lihat beberapa kolom yang mungkin kurang di pahami yaitu
  1. No. Bukti merupakan Nomor Nota yang di terima atau di keluarkan
  2. Ref singkatan dari Referensi berguna untuk melacak kode transaksi yang merupakan pengganti No. Bukti pada transaksi selanjutnya. 
  3. JU adalah singkatan dari Jurnal Umum sedangkan kode -1 disitu adalah merupakan kode transaksi. Penggunaannya akan anda lihat pada Kegiatan pencatatan berikutnya.
Demikian Proses untuk pencatatan penjurnalan dan pada kesempatan berikutnya kita akan membahas dalam Posting berikutnya yaitu Imput data buku besar atau Pencatatan Buku Besar
Setelah melakukan sebuah perjurnalan kini di ikuti dengan input data ke buku besar dengan tujuan melakukan pengelompokan transaksi keuangan yang sedang terjadi dalam usaha "Warung Murah" milik Ibu Heny.

Dari kasus diatas telah ada sebuah laporan jurnal dan kini kita coba membentuk buku besar untuk transaksi yang telah di jurnal tersebut, dan berikut Buku Besarnya :

Mengawali Pembetukan Buku Besar sebelum di buat, mari kita lihat dulu jurnal umum, perkiraan apa saja yang perlu untuk di bentuk :

Dari Jurnal Umum Dapat dilihat beberapa perkiraan sebagai berikut :
  1. Kas
  2. Modal
  3. Utang Usaha
  4. Inventaris Usaha
  5. Persediaan Barang
  6. Inventaris Kantor
  7. Perlengkapan
  8. Kas Bank
  9. Penjualan
  10. Piutang Usaha
Setelah semua perkiraan tersebut di bentuk maka saatnya untuk membentuk atau membuat tabel buku besar yang isinya antara lain :
  1. Nomor
  2. Keterangan
  3. Referensi
  4. Saldo Debet
  5. Saldo Kredit.
 Setelah selesai membuat maka terbentuklah Input data sebagai berikut :
Hal tersebut memperlihatkan adanya beberapa laporan yang anda sudah bisa baca yaitu :

  1. Saldo Tiap perkiraan dan posisinya (Debet atau kredit)
  2. No. Perk adalah singkatan dari Nomor Perkiraan yang biasanya sebagai tanda nomor perkiraan.
  3. Ref adalah singkatan dari kata referensi yang menunjukkan transaksi tersebut di ambil dari mana ? Misalnya JU adalah kode untuk Jurnal Umum (JU) sedangkan 1 dan seterusnya adalah penomoran jurnal umum tersebut (Lihat artikel sebelumnya). Misalnya dalam buku besar di atas kita akan melihat pada Perkuraan "PIUTANG USAHA" referensinya menunjuk pada Ref JU-8 dan JU-10 maka berarti itu berasal dari Jurnal Umum kode JU-8 dan JU-10. Silahkan buka artikel sebelumnya.
  4. Keterangan bisa di isi dengan ketrangan yang sesuai transaksi atau juga biasa orang isi dengan sumber transaksi misalnya "Jurnal Umum hal 1 atau Jurnam pembelian Hal 3: dst.
  5. Terlihat pula ada 2 Inventaris yaitu inventaris kantor dan inventaris usaha, kedua perkiraan tersebut bisa di jadikan satu sebagai inventaris saja tetapi saya lebih senang membaginya menjadi dua karena tidak tertutup kemungkinan akan perkembangan usaha yang besar yang akan menjadi terpisahnya kantor dan toko
  6. Perlengkapan di pisahkan dari inventaris dan cara membedakan inventaris dengan perlengkapan adalah, jika Perlengkapan merupakan sebuah barang yang di gunakan dan "Habis Pakai" dan Invetaris merupakan barang yang tidak habis pakai. Contoh perlengkapan seperti Pulpen, tali rapiah, kertas dan sebagainya, inventaris seperti Lemari, meja, komputer dll.